AL-MUTHAFFIFIN

Nama surat ini adalah al-Muthaffifin diambil dari ayat pertama yang berarti orang-orang curang dalam menakar dan menimbang. Surat ini terdiri dari 36 ayat. Sebagian ayatnya turun di Mekkah dan sebagian di Madinah. Tujuan surat ini adalah penjelasan dari akhir surat al-Infithar yang menegaskan tentang adanya balasan terhadap semua hamba Allah Swt di akhirat nanti, yaitu dengan menempatkan yang taat dan bahagia di surga dan yang durhaka di lubang neraka Jahannam.

Surat ini menggambarkan keadaan masyarakat Mekkah dan Madinah sebelum dan saat-saat awal kehadiran Islam. Di samping itu surat ini juga membuktikan bahwa ajaran Islam bukan sekedar aqidah yang tertancap di dalam hati, tetapi ia juga harus membuahkan amal dalam dunia nyata. Ajaran ini tidak hanya mengawang-awang di udara dan berkaitan dengan hal-hal yang bersifat ghaib tetapi juga harus membumi sehingga keadilan yang dianjurkannya terasa dalam kehidupan keseharian masyarakat. Itu sebabnya secara gamblang surat ini menjanjikan ancaman kecelakaan dan kebinasaan bagi mereka yang curang dalam takaran dan timbangan. Surat ini turun sesudah surat al-Ankabut dan sebelum surat al-Baqarah.

Ayat al-Qur’an turun ada yang terdapat sebab turunnya ada pula yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakatketika itu. Sebab turunnya al-Qur’an disebut dengan  Asbabun Nuzul. Surat al-Muthaffifin merupakan salah satu surat yang terdapat Asbabun Nuzul, namun tidak ada pada semua ayat. Berikut Asbabun Nuzul ayat 1-3

Ibnu ‘Abbas ra. Menuturkan bahwa kala Rasulullah saw. tiba di Madinah, penduduk di Madinah adalah komunitas yang terbiasa melakukan kecurangan dalam menakar ukuran dan timbangan barang dagangan mereka. Atas perilaku tak terterpuji itu, Allah menurunkan ketiga ayat ini. (hadits sahih riwayat Nasa’i dan Ibnu Majjah)

Berdasarkan ayat tersebut diatas, dapat disimpulkan beberapa kandungan yang terdapat di dalamnya, antara lain:

  1. Kecelakaan, kebinasaan dan kerugian akan dialami oleh orang yang melakukan kecurangan dalam penimbangan dan pengukuran, termasuk standar ganda.
  2. Kecurangan dalam penimbangan dan pengukuran menunnjukkan keangkuhanpelaku dan pelecehan terhadap mitranya.
  3. Orang-orang yang durhaka (al-fujjar) ragu dan mengingkari terhadap adanya hari pembalasan
  4.  Sesungguhnya setiap manusia kelak dan menghadap Tuhannya untuk mempertanggung jawabkan semua amal perbuatannya di dunia.
  5. Catatan amalan-amalan para pendurhaka (al-fujjar) ditulis dan ditempatkan di Sijjin.

9 comments: