MANAJEMEN PEMBELAJARAN

DELEGASI
I.     PENDAHULUAN
Organisasi merupakan sekumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sisitem kerja sama secara jelas diatur siapa dan menjalankan apa, siapa bertanggung siapa, arus komunikasi, dan memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai sumber proses membagi kerja  ke dalam tugas-tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai dengan kemampuannya, dan mengalokasikan sumber daya, serta mengkoordinasikannya dalam rangka efektivitas pencapaian tujuan organisasi.[1] Akan tetapi dalam realitanya, ternyata dalam melaksanakan tugas dari organisai tersebut tidaklah mudah dan semuanya terkadang tidak bisa berjalan dengan lancar dan sesuai rencana. Ada beberapa hal yang seringkali tidak bisa diatasi. Untuk itu dibutuhkanlah semacam alat bantu dalam menyelesaikan tugas-tugas dari organisai tersebut. Dan diiantara alat-alat bantu tersebut yaitu delegasi.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.  Apa Pengertian Delegasi Itu?
B.  Mengapa Diperlukan  Pendelegasian?
C.  Apa yang Harus Dimiliki oleh Seorang Delegator?

III.     PEMBAHASAN
A.  Pengertian Delegasi
secara singkat dapat dikatakan bahwa delegasi adalah pemberian sebagaian tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain (Charles J. Keating : hal. 1991). Lebih lanjut lagi Taiylor, (1993 : 68) Mengatakan bahwa pendelegasian adalah suatu proses untuk mengembangkan  pegawai pegawai anda.  P. Jenks (1991: 45) Dalam bukunya Delegas kunci management menyatakan bahwa  Menjadi seorang delegator yang baik adalah merupakan suatu proses belajar maupun sebagai suatu cara untuk memperoleh hasil yang spesifik.
Jadi dengan mengadakan delegasi itu kita mengakui bahwa kita membutuhkan  bantuan orang lain dalam mengemban tanggung jawab  kita, mengajak orang lain  untuk ikut serta  dalam kerja kita dan memberikan kepadanya bagian dari tugas tugas kita, kita memberikan kepadanya kekuasaan  untuk melaksanakan tugas itu. Kita menciptakan tanggung  jawab pada orang yang kita beri  delegasi itu dalam hubungan dengan kita  sejajar dengan pertanggung jawaban kita kepada atasan kita, Bila kita mengadakan delegasi kita minta kepada orang lain agar ikut serta memikul sebagai tanggung jawab dari tugas tugas kita. Kita memberi kepada kewibawaan, hak untuk membuat  keputusan di bidang yang ada dalam lingkup tugas yang kita berikan kepadanya.
Delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana para manager mengalokasikan wewenang kebawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya.[2] Untuk jelasnya pengertian pendelegasian wewenang ini penulis mengutip definisi-definisi yang dikemukakan oleh para penulis, sebagai berikut :
1.    Drs. H. Malayu S.P. Hasoibuan
Pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau wewenang oleh delegator kepada delegate untuk dikerjakannya atas nama delegator.
2.    Raleph C. Davis
Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang, berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggung jawaban.
3.    Louis A. Allen
Pendelegasian wewenang adalah dinamika manajemen. Pendelegasian wewenang adalah proses yang diikuti oleh seorang manajer dalam pembagian kerja yang dipikulkan kepadanya, sehingga ia melakukan kegiatan kerja itu hanya karena penempatan organisasi yang unik, dapat mengerjakan dengan aktif, sehingga ia dapat memperoleh orang-orang lain untuk membantu pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan.[3]
Ada empat kegiatan yang terjadi ketika delegasi dilakukan, yaitu:
1.    Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
2.    Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas.
3.    Penerimaan delegasi, baik inklusif atau eksklusif, menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.
4.    Pendelegasi menerima pertanggung jawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.
Efektifitas delegasi merupakan faktor utama yang membedakan manajer sukses dan manajer tidak sukses.[4]
B.  Perlunya Pendelegasian
Tujuan utama pendelegasian adalah agar organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien. Namun tidak mudah mendelegasi tanggung jawab. Untuk itu diperlukan persyaratan tertentu yang dijadikan dasar pemberian tanggung jawab.
Beberapa unsur yang menjadi dasar pemberian tanggung jawab antara lain:
a)    Spesifikasi tugas
b)   Kesamaan fungsi, dan rentang manajemen.
Agar delegasi itu berlangsung efektif para anggota organisasi harus tahu dimana mereka berada dalam rantai komando. Kalau tidak, mereka tidak dapat menerima dan tidak pula menyerahkan tanggung jawab secara meyakinkan.[5]
Adapun prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah.[6]
1.    Prinsip scalar.
Dalam proses pendelegasian harus ada garis wewenang yang jelas mengalir setingkat demi setingkat dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah. Garis wewenang yang jelas akan membuat lebih mudah bagi setiap anggota organisasi untuk mengetahui: (a) Kepada siapa dia dapat mendelegasikan, (b) Dari siapa ia akan menerima delegasi, (c) Kepada siapa dia harus memberikan pertanggung jawaban .
2.    Prinsip kesatuan perintah.
Prinsip kesatuan perintah menyatakan bahwa setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor hanya kepada seorang atasan. Pelaporan kepada lebih dari satu atasan membuat individu mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggung jawaban diberikan dan instruksi mana yang harus diikuti.
3.    Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas.
Seperti telah banyak dibahas dimuka, prinsip ini menyatakan bahwa (a) agar organisasi dapat menggunakan sumberdaya-sumberdayanya dengan lebih efisien, tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan ke tingkatan organisasi yang paling bawah dimana ada cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya. (b) konsekuensi wajar peranan tersebut adalah bahwa setiap individu dalam organisasi untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya dengan efektif, dia harus diberi wewenang secukupnya. (c) bagian penting dari delegasi tanggung jawab dan wewenang adalah akuntabilitas penerimaan tanggung jawab dan wewenang berarti individu juga setuju untuk menerima tuntutaan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.
Sedangkan alasan mengapa diperlukannya pendelegasian, diantaranya yaitu:[7]
1.    Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih dari pada mereka menangani setiap tugas sendiri.
2.    Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3.    Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih diprioritaskan.
4.     Dapat mengembangkan keahlian bawahan sebagai suatu alat pembelajaran dari kesalahan.
5.     Karena atasan tidak mempunyai kemampuan yang dibutuhkan dalam pembuatan keputusan.
C.     Hal-hal yang Harus Dimiliki Oleh Seorang Delegator
            Agar wewenang yang dimiliki oleh seorang delegasi dapat ditaati oleh bawahannya maka diperlukan adanya:
1.      Kekuasaan (power); yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan.
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a.       Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b.      Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Dan menurut sumbernya wewenang atau kekuasaan dibagi menjadi lima, diantaranya:[8]
a.       Kekuasaan Paksaan (Coersive Power)
Kekuasaan yang dengan paksaan pada dasarnya merupakan usaha  atasan terhadap bawahannya untuk melaksanakan usaha menyelesaikan pekerjaan. Mereka akan dihukum dan dibuat frustasi apabaila tidak meyelesaikan pekerjaanya. Sebagai contoh, karayawan suatu perusahaan akan merasa takut dan bersalah apabila terlambat masuk bekerja, jika ketentuan aturan tentang disiplin kerja menyatakan demikian, maka setiap karyawan yang datang terlambat tidak akan dibayar uang makan dan pengganti biaya transport. Setiap kali datang bekerja, karyawan yang datang terlambat akan ketakutan apabila melihat bagian personalia berdiri di depan pencatat absen, dengan demikian, selnjutnya karyawan tersebut akan berusaha hadir ditempat kerja tepat waktu dan tidak terlambat, akibat paksaan oleh aturan dan disiplin tersebut.
b.      Kekuasaan Imbalan (Reward Power)
Kekuasaan yang terbentuk karena pemberian imbalan merupakan dasar bagi pengikut (bawahan) yang mempengaruhi kapasitas kerja mereka sesuai dengan besarnya imbalan yang diterima. Imbalan dapat membuat kepuasan bawahan untuk beberapa pemenuhan kebutuhannya. Sebagai contoh, seorang pekerja digaji sebesar Rp.500.000 untuk memproduksi 1000 unit barang, ternyata dapat dilakukan dengan baik. Kemudian pekerja tersebut dijanjikan tambahan intentif sebesar Rp.250.000 lagi, tetapi harus dapat menambah produksi sebesar 750 unit barang lagi, dan ternyata masih dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan demikian, kekuasaan dengan imbalan dapat mempengaruhi orang untuk mengikuti perintah atasannya, apabila dapat imbalan meningkat, maka kekuasaan yang dimiliki atasan lebih kuat dan sangat berpengaruh sebagai akibat dimana peningkatan imbalan ini dapat membuat tingkat kepuasan meningkat untuk sementara. Pengaruh dari kekuasaan berdasrakan paksaan dan pemberian imbalan memiliki landasan berdasarkan proses yang dipengaruhinya. Maksudnya, bahwa kekuasaan tersebut dapat terbentuk apabila mempunyai tingkat kebutuhan yang dapat mempengaruhi tuntutan pekerja, sehingga pengakuan atas kekuasaan karena paksaan dan imbalan dapat terjadi. Semakin tinggi paksaan yang dilakukan, maka kuantitas dan kualitas imbalan juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila unsure paksaan tidak terlalu kuat, biasanya akan diikuti imbalan yang tidak terlalu menjanjikan. Keadaan seperti ini berlaku untuk setiap keadaan, tetapi hanya berlaku pada kondisi yang didiuraikan sebelumnya.
c.       Kekuasaan Dilegitimasi (Legitimate Power)
Kekuasaan harus direspons oleh pihak pengikutnya, apabila tidak ada respons dari pengikutnya, maka kekuasaan itu dikatakan hampa atau tanpa wibawa. Sebagai contoh, seorang prajurit akan merespons posisi komandan karena pangkatnya lebih tinggi. Pada system tradisional, seorang pengikut akan selalu merespons pimpinannya (Peabdy). Maksudnya; ditujukan kepada siapapun bahwa pengaruh seseorang adalah diasosialisasikan sebagai prediksi dari keunggulan yang besar dari penggunaan kekuasaan yang harus dilegitimasi secara tradisional.
d.      Kekuasaan Referensi
Kepemimpinan didasarkan pada bentuk kepribadian yang ditampilkannya, hal itu sebagai acuan pengikut untuk menghormati atasannya. Tampilan luar sebagai kharisma dan dapat membentuk penampilan yang dapat menciptakan performa bagi seorang pemimpin di dalam mengatasi kegagalan dan kelemahan yang dimiliki.
e.       Kekuasaan Keahlian (Expert Power)
Gambaran dari para manajer yang berskala internasional adalah dapat membuat strategi yang istimewa untuk mengatasi pengaruh-pengaruh yang sangat dominan terhadap setiap permasalahan. Kepercayaan dari pengikut dapat terjadi sebagai akibat dari pengaruh strategi kepemimpinan untuk menciptakan popularitas, yang kemudian menjelma menjadi kepercayaan yang sangat kuat bagi pengikutnya, serta kemampuannya untuk meyakinkan atasannya dengan keahlian kepemimpinannya.
Keahlian manajer memposisikan diri dapat dilihat dari dua sisi, yaitu ketika dia dipengaruhi atasannya sendiri (top manajemen), dan ketika dia mempengaruhi bawahannya. Ketika manajer dipengaruhi atasannya langsung maka : pertama; apabila dia dapat bergabung dengan konsep atasannya tersebut, antara lain mengikuti terus kemauan atasannya, dia akan menjadi sangat popular dihadapan atasannya itu. Kedua; apabila manajer hanya bersikap ramah, tetapi tidak secara penuh merespons konsep atasannya, dia masih popular, tetapi kepopulerannya tidak sekuat kondisi pertama tadi. Ketiga; apabila manajer mulai mengadakan posisi tawar menawar dengan atasannya, dia mulai tidak popular lagi dihadapan atasannya. Keempat; apabila sikap manajer mulai tegas dengan pendiriannya, untuk menilai konsep atasannya, maka dia semakin tidak popular lagi dihadapan atasannya. Kelima; manajer bertindak dengan kewenangan penuh sesuai uraian tugas dan tanggung jawabnya (job describition), didalam menilai konsep atasannya, maka sikap dan penilaian atasannya terhadap manajer tersebut sudah benar-benar tidak popular lagi, disebabkan kemungkinan akan banyak perintah atasan yang tidak harus dilakukan apabila manajer menilaikan berdasarkan tugasnya.
2.      Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility). Yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability merupakan permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan, dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
3.      Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.[9]

IV.     KESIMPULAN
Delegasi merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu. Delegasi diperlukan agar suatu organisasi dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien. Dan agar delegasi itu berlangsung efektif, maka para anggota organisasi harus tahu dimana mereka berada dalam rantai komando.
Ada tiga prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif. yaitu: Prinsip scalar, Prinsip kesatuan perintah, dan prinsip Tanggung jawab, wewenang dan akuntabilitas. Sebuah delegasi diperlukan dengan berbagai macam tujuan, diantar tujuan yang paling inti yaitu agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
Seorang delegasi harus memenuhi syarat-syarat pendelegasian yaitu, kekuasaan (power), Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility), Pengaruh ( influence ).







DAFTAR PUSTAKA

Fatah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009)
Handoko, Hani, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2003)
Hasibuan, Malayu S.P., Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)


[1] Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2009), cet. 10, hlm. 71
[2] Hani Handoko, Manajemen,  (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm. 224
[3] Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.72-73
[4] Hani Handoko, Op.Cit, hlm. 224
[5] Nanang Fatah, Op. Cit, hlm. 77
[6] Hani Handoko,Op.Cit, hlm.225-226
[8] http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-organisasi.html

No comments:

Post a Comment