TRADISI AKAN TERKIKIS TANPA DITULIS
Judul Buku :
Menggerakkan Tradisi
Pengarang Buku : Abdurrahman
Wahid
Penerbit : LKIS
Tebal Halaman : 299 halaman
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa pesantren itu
adalah tempat mencari ilmu yang tradisional dan ketinggalan zaman. Bahkan
banyak pula yang menganggap pesantren sebagai penjara Islam atau pencara suci.
Terlebih hal ini diiringi dengan fakta-fakta masyarakat yang memasukkan anaknya
ke pesantren lantaran sikap dan akhlak anak tersebut buruk dan ugal-ugalan.
Berbeda dengan pernyataan kyai H. Abdurrahman Wahid dalam
buku ini. Beliau menyatakan bahwa pesantren itu sama dengan sekolah formal,
hanya saja berbeda dalam istilah penyebutan, seperti: guru dalam sekolah formal
disebut kyai, ustadz, atau ustadzah; ruang kelas bertempat di aula, masjid dan
mushola; kurikulum dalam sekolah formal telah diatur oleh kemendikbut,
sedangkan pesantren menetapkan kurikulum disesuaikan dengan kemampuan santri
(yang awalnya mempelajari kitab bermuatan materi mudah kemudian dinaikkan ke
kitab yang materinya lebih sulit).
Selain hal diatas, hal yang membedakan lainnya adalah
sosok kyai yang sangat berpengaruh dikalangan santrinya, tidak hanya sewaktu
masih nyantri di pesantren, bahkan setelah tidak nyantripun kyai tetap menjadi pribadi
yang dijadikan taqlid bagi para santrinya. Baik dalam cara hidup, tata
nilai, serta hierarki kekuasaan kyai tersebut.
Tradisi pesantren tidak hanya dapat dilakukan dan
diperuntukkan kyai, santri dan asatidz saja akan tetapi kita perlu
memperkenalkan pesantern kepada semua kalangan baik dari sisi sastra,
pendidikan formal, pendidikan tradisional, bahkan pendidikan bersosisl. Dengan
menjalankannya sesuai syariat Allah dan Rasulullah serta menjaga kultur
pesantren dan jangan sampai terkikis dengan perubahan.
Pesantren memiliki cara sendiri untuk terus hidup dan
berkembang. pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang
tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah negara. Lembaga ini mengguanakan
keturunannya sebagai penerus perjuangan syiar Islam, sehingga banyak dikalangan
pesantren tidak memperhatikan progam pemerintah keluarga berencana (KB). Selain
hal tersebut, mereka juga membuat proyek dalam pesantren seperti koprasi dan
lembaga pendidikan (yayasan pondok pesantren). Dengan cara inilah pesantren
dapat eksis hingga beberapa keturunan. Ditambah banyak pesantren yang membuat
koprasi dengan menjalin kerjasama dengan alfamart dan bahkan ada yang membuat
toko sendiri.
Sebagaimana sudah saya singgung diatas, bahwa kurikulum
yang ada di pesantren itu disesuaikan dengan kemampuan santri pada umumnya
yaitu mempelajari ilmu yang tingkatannya lebih mudah hingga pada ilmu yang
tingkatannya lebih sulit. Seperti pada tahun pertama sampai tahun ketiga santri
belajar ilmu fiqh, nahwu, shorof dan tauhid. Kemudian pada tahun berikutnya ditambah balaghah, mantiq, hadits, tafsir, ushul fiqh dan
tasawuf. Hal ini dilakukan agar santri memahami pelajaran yang diajarkan secara
global dan dapat dipersiapkan untuk mengajar dan menyebar luaskan ajaran agama
Islam di daerah masing-masing.
Jadi pada dasarnya anggapan-anggapan tentang pesantren
yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat, itu tidak bisa dibenarkan karena
pendidikan pesantren merupakan salah satu pendidikan yang dapat dijadikan
alternatif dalam pendidikan dengan kurikulum yang telah disesuaikan berdasarkan
kemampuan para santri. Sehingga para santri dapat memahami ilmu agama yang
diajarkan di pesantren secara global dan dapat menjadikannya sebagai bekal
dalam kehidupan bermasyarakat kelak. Maka dari itu, hal ini tidak bisa lepas dari
tanggung jawab para pelajar untuk senantiasa mencatat dan memperbanyak serta
mengembangkan ilmu agama, sehingga dapat dipelajari oleh para pelajar
seterusnya.
No comments:
Post a Comment